Kamis, 20 September 2007

IMAM AL BUSHIRI (SHOHIBUL BURDAH)

Kasidah Burdah adalah mutiara syair kecintaan kepada Rasulullah. Diciptakan oleh Imam Busyiri pada abad 7 Hijrah dan di baca dalam berbagai acara. Puisi-puisi ini diyakini dapat memberi kesembuhan jiwa dan raga

Al- Bushiri yang bernama lengkap Sarafuddin Abu Abdillah Muhammad bin Abdullah as Shanhaji al Bushiri, adalah seorang sufi besar, pengikut Thariqat Syadziliyah, dan menjadi salah satu murid Sulthonul Auliya Syeikh Abul Hasan asy-Syadzily, ra. Ia lahir tahun 1212 M di Maroko. Ia berguru dengan beberapa ulama tasawuf seperti Abu Hayyan, Abu Fath bin Ya’mari dan al ‘Iz bin Jama’ah al Kanani al Hamawi, dan belajar Thariqat Sufi pada Syeikh Abul Hasan asy-Syadzily. Sejak masa kanak, Bushiri dikenal sebagai orang yang wara’ (takut dosa). Pernah suatu ketika ia akan diangkat menjadi pegawai pemerintahan kerajaan Mesir, akan tetapi melihat perilaku pegawai kerajaan membuatnya menolak.

Yang paling menarik adalah kisah pembuatan kasidah Burdah. Menurut al Busyiri bahwa karyanya ini muncul ketika ia tengah sakit lumpuh. Penyakit itu dikenal dengan nama angin merah. Di tengah pembaringannya, Busyiri menulis kasidah Burdah dan membacanya beberapa kali hingga tertidur. Dalam tidur tersebut, ia bermimpi ketemu Rasulullah SAW. Kemudian Nabi Muhammad mengusap mukanya. Setelah itu Busyiripun terbangun dan ia bisa berjalan.

Bahkan dalam sebuah riwayat diceritakan, ketika dalam mimpi al Busyiri terlibat pembicaraan dengan Rasulullah SAW. Busyiripun membacakan karyanya pada bait ke 51 wamabalaghul ilmi an nahu masyarun tidak bisa meneruskan kata-katanya. Rasulullahpun menyuruhnya meneruskan. “Saya tak mampu lagi, jawab Busyiri. Kemudian Rasulullah menyempurnakan bait itu dengan kalimat, “wa annahu khayri khalqillahi kulllihimi.”

Kasidah Busyiri memang bukan sekedar karya. Ia dibaca karena keindahan keindahan kata-katanya. Menurut DR. De Sacy seorang ahli bahasa Arab di Universitas Sorborne memujinya sebagai karya puisi terbaik sepanjang masa.

Beberapa nama ulama besar terutama pada bidang tasawwuf tercatat sebagai guru Al Bushiri. Antara lain Imam Abu Hayyan, Abul Fath bin Sayyidunnas Al Ya’mari Al Asybali Al Misri pengarang,kitab ‘Uyunul Atsar fi Sirah Sayyidil Basyar, Al ‘Iz bin Jama’ah Al Kanani Al Hamawi salah seorang hakim di Mesir, dan banyak lagi kalangan ulama besar Mesir yang memberikan ilmu pengetahuannya kepada AJ Bushiri.

Burdah memang tak hanya mantera. la, dibaca karena keindahan kata-katanya meskipun dipenuhi doa doa yang bisa memberi manfaat pada jiwa.

Burdah memang tak hanya mantera. la, dibaca karena keindahan kata-katanya meskipun dipenuhi doa doa yang bisa memberi manfaat pada jiwa. Karena itu tak heran jika banyak ulama membenkan catatan khusus tentang burdah, baik dalam bentuk syarah (komentar) atau hasiyah (catatan kaki atau catatan pinggir). Menurut Darul Faqih sangat banyak karya syarh atas Burdah yang tak ketahuan lagi siapa pengarangnya. Hanya yang bisa dicatat dan diketahui namanya karena menjadi bahan kajian di beberapa universitas adalah karya Imam Jalaluddin Al Mahalli Asy Syagi yang wafat tahun 864 Hijriyah, imam Zakaria Al Anshari yang wafat tahun 926 Hijriyah, Imam Al Qasthalani yang wafat tahun 923 H, Syaikh Al Malla Ali Qari Al Hanafi yang wafat tahun 1014 H, dan Syaikh Ibrahim Al Bajuri yang wafat tahun 1276 H. Dr. Zaki Mubarak ahli sastra Arab dan Mesir dalam skripsinya Al Madaihun Nabawiyah menyebutkan bahwa gaya puisi Al Burdah banyak mempengaruhi karya karya kemudian. Al Bushiri sebenamya tak hanya, terkenal dengan karya Burdahnya saja. la juga dikenal sebagai seorang ahli fikih dan ilmu kalam. Namun nama Burdah telah menenggelamkannya untuk dikenal sebagai seorang sufi besar yang memiliki banyak murid.

Tidak ada komentar: