Sabtu, 21 Juni 2008

KH.MOCH TIDJANI JAUHARI (ULAMA INTELEKTUAL DARI MADURA)



Pengasuh Pondok Pesantren Moderen Al Amien Sumenep Madura Kh.Tidjani Djauhari lahir di Prenduan, Oktober 1945 Ayah beliu juga seorang ulama terkemuka bernama KH Achmad Djauhari Chotib ibunya bernama Nyai maryam Abdullah. Sejak Kecil Kh Tidjani mendapat gembelengan dan tempaan ilmu dari Ayahnya yang memang seorang ulama . Ayahnya mengirim beliau untuk menimba diberbagai pondok- pesanten diantaranya di Gontor Jawa Timur di bawah asuhan KH Zarkasyi. Kecerdarsan Kh Tidjani dalam menimba ilmu digontor telah membuat simpatik Gurunya hingga akhirnya menikahkan Kh Tidjani dengan Putrinya . Selepas digontor Kh Tidjani meningalkan Tanah air untuk melanjutkan studi di timur tengah di Jamiat Islamiyah Madinah dan Jamiat Malik Abdul aziz Mekkah hingga memperoleh gelar S2 , selama di timur tengah Kh Tidjani di percaya menjadi sekjen Rabithoh A’lam islami dan sering memberikan seminar serta diskusi -diskusi internasional keberbagai negara seperti Pakistan, Maroko , malaysia madinah dll.

Setelah sekian lama berada ditimur tengah Kh Tidjani kembali ketanah air untuk melakukan Dakwahnya, Keintelektualan yang dimiliki Kh tidjani telah memberikan suatu kontribusi tersendiri bagi masyarakat Madura, Beliau pernah mengundang hampir 150 ulama pesantren untuk belajar akses internet di pondok-pesantren Al amien, karena menurutnya ulama-ulama pesantren harus tahu juga informasi-informasi aktual dengan basis multimedia. Selain menjabat sebagai dewan pakar ICMI ,Beliau juga aktif di Ma’had A’ly Indonesia dan juga sebagai penggagas berdirinya BASSRA (badan silahturahim ulama pesantren se Madura). Sebagai seorang ulama dan tokoh Masyarakat madura Kh.Tidjani merasa memiliki tanggung jawab terhadap umat, beliau sadar bahwa budaya Paternalistik masih kental melekat pada masyarakat Indonesia, maka konsekwensinya peran dan tanggung jawab nya menjadi sentral signipikan. Dan beliu juga sangat memperhatikan pentingnya pendidikan bagi masyarakat.
Kamis tanggal 27 september 2007 sekitar pukul 02.00 dini hari Kh.Tidjani meninggal dunia, Masyarakat telah kehilangan sosok ulama yang selama ini menjadi tempat mengadu dari berbagai persoalan, tangisan dari para murid-murid beliau mengiringi ketempat peristirahatan terakhirnya. Suasana duka menyelimuti komplek Pondok-pesantren Al amien terbayang sosok Kyai yang selama ini menjadi pembimbimnya dalam menimba ilmu selamat jalan kyai…semoga Alloh swt menempatkannnya di tempat yang mulia.Aminn

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Assalamu'alaikum Wr.Wb
saya sangat setuju dengan pendapat sang penulis blog,sekitar 3 tahun yang lalu saya pernah menjadi santri beliau di ponpes al-amien prenduan putri2 sumenep tapi sekarang sudah tidak lagi.beliau sangat sabar,tidak pernah lelah untuk selalu mengingatkan para santri-santrinya,tak pernah patah semangat,beliau selalu menyungginggkan senyuman di depan para santrinya walaupun sangat jelas guratan wajah yang sangat lelah tersirat di wajahnya.semoga dengan adanya blog ini qta dapat selalu mengingat beliau di hati kita...semoga ilmu yang sebelumnya beliau berikan dapat bermanfaat bagi kita semua.Amien...
{adik pink}Ronzevally