Selasa, 23 Oktober 2007
SEPENGGAL PERJALANAN KE KOTA TEGAL
Setiap kali ke Tegal saya selalu berkunjung ke Pon-pes Attauhidiyyah yang Lokasinya terletak di dukuh giren dan satu lagi di cikora Bojong lokasinya tak jauh dari obyek wisata Guci propinsi Jawa Tengah.Pesantren tersebut kini di asuh oleh dua bersaudara KH.ahmad bin kh said dan KH Hasani bin Kh said bin Kh armia .Ayah beliau bernama KH.Said bin Kh Armia adalah seorang ulama dan waliyulloh yang wafat pada tanggal 20 rajab 1395 atau sekitar tahun 1974 dan dimaqomkan tak jauh dari pondok pesantren di giren Talang. Ciri khas yang membedakan dari pesantren ini adalah Pendalaman dalam bidang ilmu tauhid diantaranya karya Sayyid Abi abdillah Muhammad bin yusuf Sanusi al khasani atau lebih dikenal dengan Iman Sanusi dan Kitab kitab Tauhid lainnya seperti Nuruzh zholam, kipayatul awam dan Kitab Ta’lim Mumtadiin karya KH.Said bin Armia
Bila bulan puasa tiba, santri dalam atau santri pondok banyak yang pulang ke kampung halamannya sampai satu hingga dua minggu. Mereka bertemu keluarga dan sanak saudara. Sedangkan kegiatan pondok diisi oleh santri kalong( Julukan untuk warga luar pesantren atau masyarakat umum yang mengikuti pengajian ) ,Mereka mendapatkan aneka wejangan dari santri senior ponpes Attauhidiyyah Selain itu juga mereka langsung mendapat gemblengan dari Pimpinan dan Pengasuh Ponpes KH Ahmad bin KH Said bin KH Armia. Gemblengan yang diberikan antara lain soal gambaran umum ilmu ketauhidan, tafsir kitab kuning dan wejangan lain yang bersifat bimbingan moral dan agama. Dengan tujuan akhir, santri mendapat bekal dalam mengarungi hidup di luar ponpes. Kegiatan lain yang cukup mendapat perhatian santri adalah membaca Kitab Suci Al-Qur’an setelah salat tarawih. Atau usai menjalankan salat-salat fardhlu (salat wajib) lainnya. Mereka yang dapat selesai membaca kitab suci itu dalam waktu yang sudah ditentukan dan benar, maka disebut telah selesai khatam.
Nah tiap selesai khatam itulah, santri seperti mendapat sesuatu yang lebih. Mereka kemudian mendapat hidangan nasi kebuli dari pimpinan ponpes. Satu nasi kebuli yang ditaruh di nampan, dinikmati untuk empat hingga lima orang. Mereka menyantap beramai-ramai.
Lantas apa yang membuat mereka seperti ketagihan menikmati hidangan nasi kebuli? Tentu karena resep masakan yang khas, yang sengaja dibuat dan disajikan oleh santri senir ponpes tersebut.
Menurut santri senior , hidangan nasi kebuli dibuat dari campuran santan, susu, dan daging kambing. Orang melihat sekilas nasi itu seperti nasi goreng, namun punya perbedaan rasa yang khas dan sulit disamakan.
“Ya, karena kami memasak dengan cita rasa yang khas, siapa pun yang mencicipi pasti langsung ketagihan. Hanya saja, yang kena penyakit darah tinggi jangan makan daging kambingnya. Kalau sayurnya sih ndak papa,” tutur dia.
tiap malam ribuan orang menjadi santri kalong di ponpes itu. Mereka berbuka puasa bersama dan mendengarkan wejangan keagamaan dari KH Ahmad bin KH Said bin KH Armia. Selain itu, digembleng pula oleh KH Hasani yang merupakan orang kedua atau pengasuh dua ponpes tersebut.
Perjalanan saya kali ini Ke Tegal ke pon-pes Attauhidiyyah secara kebetulan bersamaan dengan wafatnya anak seorang ulama karismatik dan menjadi panutan di kota Tegal Almarhum Kh.Miftah bernama KH.Hadun Bin KH.Miftah warga sekitar biasa memanggil dengan sebutan Gus Hadun lokasinya tak jauh dari Pon-pes attauhidiyah, Gus Hadun wafat pada hari selasa tanggal 16 oktober 2007 dan dimakamkan di samping maqom ayahnya Kh.Miftah .Ribuan warga berdatangan untuk turut menguburkan Gus Hadun termasuk Para ulama dan Habaib setempat , sempat pula saya menyalami KH.Hasani Bin KH.Said disana namun sayang saya tidak sempat bertemu dengan KH.Ahmad Bin KH.Said yang menurut santri beliau ada di luar kota.
Tepat Pukul 10.00 jenazah Gus Hadun di kuburkan diiringi dengan gema tahlil dan tahmid dari para jamaah …semoga Alloh menempatkannya pada derajat yang mulai bersama para kekasih Allloh aminn.
Selepas mengikuti prosesi penguburan saya pergi berziarah ke Maqom Kh.Said bin Kh armia yang letaknya tak jauh dari sana,dan setelah itu berziarah ke maqom Habib Muhammad Bin Thohir Al hadad yang letaknya kurang lebih 10 km dari Pon-pes Attauhidiyah Giren Talang . “Ya Alloh Tuhan kami Berilah kami kemamfaatan dengan berkah mereka”…..”tunjukan kami akan kebaikan dengan keagungan mereka”…”matikan kami didalam thoriqoh mereka”….”serta selamat dari segala fitnah”….
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar