Rabu, 30 Januari 2008

BEKAL MENGHADAPI KEMATIAN




Siapakah yang terdekat dengan diri kita ? yang terdekat dengan diri kita adalah kematian. Ungkapan tersebut pernah di kemukakan oleh Imam Ghozali kepada Murid-muridnya. Kematian selalu membayangi langkah kaki kita kemanapun, dimanapun , kapanpun jika Kematian menjemput maka Tidak ada seorangpun yang mampu untuk mengelaknya. Semua makhluk Alloh yang bernyawa akan mengalami yang namanya kematian.Kematian adalah Rahasia Alloh yang sulit dideteksi oleh rasionalitas dan mengandalkan hal yang bersifat empiris. Kita tidak tahu kapan sesorang akan mengalami proses kematian , apalagi untuk memajukan atau memundurkan kematian itu sendiri walaupun satu detik.

Takutkah kita mengahadapi kematian ? kematian tidak perlu ditakuti karena kita semua juga akan mati tapi kematian perlu disiapi dengan bekal kita menghadapi kematian. Bekal amal sholeh selama kita menjalani kehidupan selama di dunia. Selama ini kita jarang berfikir untuk mempersiapkan bekal kita dalam menghadapi kematian. Kesibukan kita terhadap urusan dunia kerap kali menyebabkan kita malas untuk memikirkan kematian. Kita hanya berfikir besok makan apa, bagaimana dengan kerjaan dikantor, tentang kuliah dan lain sebagainya yang telah melalaikan hati kita untuk memikirkan kehidupan yang akan datang. Bayangkanlah disaat kita sibuk terhadap urusan dunia lalu tiba-tiba kematian menjemput , kita hanya seonggok daging yang tidak berarti apa-apa, dimandikan mayat kita, disholati dan dikuburkan tubuh kita dalam ruang yang sempit dan gelap , Kerabat serta teman-teman kita lalu meninggalkan kita sendiri dalam ruang yang gelap itulah akhir dari kisah kehidupan kita di dunia. Dan tubuh kita lama-lama akan mengalami proses pembusukan dan tinggal tulang belulang. tentu kita harus menyadari bahwa didalam tubuh kita terdapat eksitensi lain yaitu jiwa yang membalut raga kita. Kita tidak hidup untuk semama-lamanya ada kehidupan lain setelah kematian. Amal sholeh yang akan menemani kita di dalam kubur dan menjadi tiket kita untuk mencapai surga Alloh. Jika tidak dari sekarang kita mempersiapkan bekal kita menghadapi kematian kapan lagi ? sangat di sayangkan jika kita terlalu mencintai materi dan kehidupan kita hanya selalu diwarnai dengan keburukan dan kejahilan yang akan mengakibatkan rusaknya pribadi kita dan juga merusak kehormatan agama. Gerak gerik kita selalu dalam pengawasan Alloh SWT sekecil apapun kita melakukan bentuk kejahatan dan maksiyat tentu akan mendapatkan balasan dari Alloh SWT. Alloh SWt tidak melarang kita untuk memenuhi kebutuhan hidup di dunia namun tentu kita tetap jangan melupakan untuk mempersiapakan bekal dalam menghadapi kematian.

Selasa, 22 Januari 2008

HABIB AHMAD BIN ALWI AL HADAD ( HABIB KUNCUNG KALIBATA)




Tak jauh dari Mall Kalibata terdapat maqom Seorang waliyulloh, Habib Ahmad Bin alwi Al hadad yang dikenal dengan Habib Kuncung. Beliau adalah seorang ulama yang memilki prilaku ganjil (khoriqul a’dah) yaitu diluar kebiasaan manusia umumnya.beliau adalah waliyullah yang sengaja ditutup kewaliannya agar orang biasa tidak menyadari kelebihannya karena di kawatirkan umat nabi Muhammad terlalu mencintainya dan agar tidak terlena dengan karamah nya tersebut maka allah swt menutup karamahnya tersebut dan hanya orang-orang tertentu yang dapat melihat semua karomah Beliau.Habib Kuncung juga terkenal sebagai ahli Darkah maksudnya disaat sesorang dalam kesulitan dan sangat memerlukan bantuan beliau muncul dengan tiba - tiba .Lahir di Gurfha HadroMaut Tarim tanggal 26 sya’ban Tahun 1254 H, beliau berguru kepada Ayahandanya sendiri Habib alwi Al Hadad dan juga belajar kepada Al A’lamah Habib Ali bin Husein Al Hadad, Habib Abdurrahman Bin Abdulloh Al Habsyi dan Habib Abdulloh bin Muchsin al athos. Sebagaimana kebiasaan Ulama-ulama dari Hadromaut untuk melakukan perjalanan Ritual Dakwah ke berbagai negara termasuk ke Indonesia. Habib ahmad bin Alwi al hadad melakukan ritual dakwah ke Indonesia pertama kali singgah di Kupang dan menurut cerita Beliau Menetap beberapa tahun disana dan menikah dengan wanita bernama Syarifah Raguan Al Habsyi dan di karunai anak bernama Habib Muhammad Bin Ahmad Al Hadad. Selanjutnya Habib Ahmad bin Alwi al hadad melanjutkan dakwahnya ke pulau jawa dan menetap di Kali Bata hingga wafatnya.

Gelar Habib Kuncung yang diberikan kepada Habib Ahmad bin Alwi Al hadad yang saya tahu karena kebiasaan Beliau mengenakan Kopiah yang menjulang keatas (Muncung), dan Prilaku beliau yang terlihat aneh dari kebiasaan orang pada umumnya terutama dalam hal berpakaian. Habib Kuncung Wafat dalam usia 93 tahun tepatnya tanggal 29 sya,ban 1345 H atau sekitar tahun 1926 M dan di Maqomkan di Pemakaman Keluarga Al Hadad di Kalibata jakarta selatan.

Hingga kini Maqom Beliau selalu Ramai di kunjungi oleh para Peziarah dari berbagai daerah di Nusantara terutama pada perayaan Maulid yang diadakan setiap minggu pertama Bulan Robiul awal ba’da asyar.

KEDATANGAN HABIB UMAR BIN HAFIDZ KE LUAR BATANG



Saya juga tidak menduga, sabtu malam tgl 19 jan 2008 pukul 21.00 di Masjid Luar Batang kampung saya akan kedatangan seorang Ulama Besar dari Tarim Yaman. Al a’lamah Al Hafidz Al Habib Umar bin Hafidz ( pengasuh Pon - Pes Darul Musthofa Tarim ) dan Pimpinan Majelis Rosululloh Habib Munzir Al Musawa dan para habaib lainnya. Saya bergegas memberitahu keteman-teman saya prihal kedatangan beliau. Dan benar saja ketika saya menuju masjid Luar Batang disana sudah berkumpul para jama’ah Majelis Rosululloh yang bertugas sebagai border/panitia dan jama’ah lainnya dari berbagai kawasan jakarta dan sekitarnya.


Gema sholawat dan qasidah berkumandang menyambut kedatangan Beliau. setelah hampir dua jam saya menunggu akhirnya Tibalah Rombongan Habib Umar bin Hafidz langsung menuju Maqom Al habib Husein Bin Abu bakar Al idrus luar batang, acara dilanjutkan dengan Ziarah bersama dan ditutup do’a oleh Habib Umar bin hafidz. Hati saya merasa bangga dan bahagia meyambut Zuriyyah Rosululloh SAW apalagi kapasitas Beliau Sebagai Seorang Ulama besar yang memilki banyak murid terutama di Indonesia, beliau datang bersama dengan murid kesayangan beliau Habib Munzir Al musawa. Dan Alhamdulillah saya sempat berbincang sejenak Dengan Habib Munzir Al musawa Pimpinan Majelis Rosululloh ketika beliau berada di dalam Mobil untuk kembali pulang beserta rombongan, selama ini saya hanya kenal Beliau lewat tulisan - tulisan dalam situs www.majelisrosululloh.org,

dan ternyata beliau seorang Ulama yang ramah dan bersahabat dari wajahnya terpancar karismatik, sayapun mempersilahkan Beliau Untuk Mampir kerumah saya yang memang tak jauh dari dari masjid Luar batang dan beliaupun hanya mengucapkan Syukron….Lain waktu Insya Alloh..dan saya juga Maklum Akan kesibukan Beliau serta jadwal beliau mengisi majelis ta’lim Sangat padat apalagi Beliau sedang dalam tugas menemani guru beliau Habib Umar Bin Hafidz.


Rombongan Habib Umar dan Habib Munzir Al musawa akhirnya meninggalkan kampung luar batang sekitar pukul 24.00, saya yang sejak kecil lahir dan tinggal Di Luar batang punya kebanggaan tersendiri biarpun Kampung Luar batang terletak di daerah kumuh dan padat penduduk disana terdapat Maqom Waliyulloh Al alamah Habib Husein bin Abu Bakar Al Idrus yang selalu ramai dikunjungi oleh para Peziarah dan Ulama-ulama serta Habaib dari penjuru dunia dan Nusantara terutama pada malam jum’at dan pada perayaan Maulid serta Haul beliau RA.

Setelah rombongan pergi saya pulang kerumah, dan secara kebetulan saya mendapat kunjungan dari jama’ah Majelis Rosululloh dan yang lebih mencengankan saya diantara rombongan jama’ah majelis rosululloh turut pula anak Habib Munzir Al Musawa bernama Asmi Idrus Al Musawa yang tinggal di Condet .Rupanya Alloh SWT telah membuka jalan untuk terjalin Silahturahim dengan menghadirkan Anaknya Habib Munzir Al Musawa di rumah saya.Suatu pengalaman yang menurut saya Alloh telah kehendaki karena rasa Muhibbin terhadap Zuriiyah Rosululloh SAW

Minggu, 13 Januari 2008

AL HABIB UMAR BIN HUD AL ATHOS




Habib Umar Bin Hud Al Athos adalah seorang ulama dan konon beliau juga seorang wali quthub usianya lebih dari 100 tahun dilahirkan di penghujung abad ke 19 di Hadramaut, Yaman Selatan. Sejak usia muda beliau telah datang ke Indonesia. Mula-mula tinggal di Kwitang, Jakarta Pusat. beliau berdakwah sambil berjualan kain di Pasar Tanah Abang. Kemudian membuka pengajian dan majelis maulid di Cicurug, Sukabumi, Jawa Barat. Sekitar tahun 1950-an, beliau ke Mekkah dan bermukim selama beberapa tahun dan selama di mekkah beliu menggunakan kesempatan tersebut untuk belajar kepada ulama-ulama setempat. Tapi, sayangnya, saat hendak kembali ke Indonesia, ia tertahan di Singapura.

Pasalnya, pada awal 1960-an terjadi konfrontasi antara RI dan Malaysia, sementara Singapura masih merupakan bagian negara itu. Habib Umar baru kembali ke Tanah Air setelah usai konfrontasi, pada awal masa Orde Baru. Tapi, rupanya banyak hikmah yang diperoleh di balik kejadian tersebut. Karena, selama lebih dari lima tahun di Malaysia dan Singapura, ternyata beliau sangat dihormati oleh umat Islam setempat, termasuk Brunei Darussalam.

Karenanya tidak heran kalau orang menyebut Maulid Nabi yang diselenggarakan Habib Umar di Cipayung sebagai maulid internasional. Maulid ini dihadiri sekitar 100.000 jamaah, termasuk ratusan jamaah dari mancanegara. Untuk perjamuan makanan untuk para jamaah yang menghadiri maulid ini diperlukan ribuan ekor kambing dan berton-ton beras. Kalau ditanya orang dari mana dananya, maka Habib Umar selalu bilang dari Allah.

Sesuatu yang mungkin lain dibandingkan dengan acara-acara maulud di majelis lain adalah, tidak ada ceramah-ceramah setelah baca maulud. Acaranya langsung saja yakni baca maulud, zikir dan ditutup dengan do’a. Tidak adanya ceramah-ceramah yang sudah tradisi sejak lama itu, karena Habib Umar khawatir akan menimbulkan saling serang dan fitnah.



Kegiatan rutin Habib Umar yang lain yang memasyarakat adalah shalat subuh berjamaah di kediamannya di Condet. Setiap hari terdapat sekitar 300 jamaah subuh yang datang. Khusus pada hari Jumat, jamaahnya meningkat menjadi sekitar 1.000 orang. Setipa sabtu mereka para jama’ah diberikan pelajaran Fiqih sedangkan di Cipayung bogor tiap kamis malam diadakan pembacaan maulid diba”dan yang menarik adalah setelah diadakan kegiatan tersebut para jama’ah dijamu oleh Habib Umar Bin hud seperti nasi uduk lengkap dengan lauk-pauknya.Habib Umar meninggal dunia pada bulan Agustus 1999 di rumahnya dan dimakamkan di Wakaf al-Hawi dekat dengan pusat perbelanjaan PGC cililtan sesuai dengan wasiat beliau